Takbir berkumandang di setiap Masjid, Langgar, Surau bahkan Rumah dan telinga pun tak bosannya untuk mendengarkan bahkan mulut pun ikut membacakan Asma Allah. Rasa sedih yang dirasakan ketika Ramadhan berlalu dan rasa haru juga menyelimuti ketika menyambut Idul Fitri 1433 H, dan ini hanyalah dirasakan bagi mereka yang beriman dan beramal sholeh yaitu bagi mereka yang memanfaatkan Bulan Suci Ramadhan dengan meningkatkan ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
Inilah Kemeriahan menyambut hari raya Idul Fitri, menjadi tradisi
yang diwariskan secara turun-menurun dari generasi ke generasi. Tak hanya
di Tanah Air, kebiasaan itu juga berlangsung di mancanegara terlebih lebih di Negara Timur Tengah. Di
Indonesia, ada banyak ragam dalam penyambutan hari kemenangan ini yaitu bagi orang Jawa
disebut “Ngidul Fitri” dan bagi masyarakat Sunda terkenal dengan
“Boboran Syiam”.
Seperti dikutip dari berbagai sumber, tiap daerah
memiliki cara yang khas menyambut Idul Fitri. Kebanyakan aktivitas
tersebut dilakukan pada malam hari ketika takbir dikumandangkan. Di
Riau, misalnya, malam takbiran dimeriahkan dengan tradisi pemasangan
lampu colok. Bahan pembuatan lampu ini cukup sederhana. Terdiri atas
kaleng bekas dan sumbu dengan bahan bakarnya minyak tanah. Lampu-lampu
itu kemudian disusun menyerupai kubah masjid dan dihiasi dengan
rangkaian kaligrafi.
Tradisi ini, selain bernilai syiar, akhirnya juga dijadikan komoditas
perlombaaan yang mendorong kreativitas warga. Di Kota Mataram dan Palangkaraya, semarak
malam takbiran menyambut Idul Fitri dimeriahkan dengan Pawai Takbiran.
Para peserta pawai ini terdiri atas kafilah-kafilah. Setiap kafilah atau
regu tersebut beranggotakan minimal 100 orang. Jumlah maksimalnya tidak
dibatasi. Biasanya, dengan inovasi tiap-tiap regu, mereka membawa
bendera, lampion, miniatur masjid, beduk , dan perlengkapan
lainnya.
Cara unik sambut Idul Fitri juga dilakukan oleh sebagian warga Seruyan, Kabupaten Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah. Mereka mempunyai tradisi “Pawai Obor” dan tak kalah hebatnya lagi di daerah Martapura, Kalimanta Selatan yakni tradisi "perang meriam bambu" yang dikenal dengan sebutan meriam bambu ini berlangsung
sepanjang Ramadhan. Mereka mengisi waktu menunggu berbuka dan sahur
dengan saling berperang meriam. Puncaknya ialah malam takbiran. Hampir
tiap rumah menyiapkan meriamnya masing-masing. Dan, suara meriam pun
saling bersautan, mengiringi gema takbir.
Gempita menyambut Hari Raya Idul Fitri terlihat pula di sejumlah
kawasan Asia Tenggara. Misalnya, di Malaysia, Singapura, dan Brunei. Di
beberapa wilayah perkampungan, sekelompok masyarakat menyalakan pelita
atau panjut. Kedua istilah tersebut, di Tanah Air lebih akrab disebut
obor. Pemandangan sedikit berbeda terjadi di Filipina. Minoritas Muslim
di negara tersebut kurang akrab dengan segudang tradisi itu, tetapi
mereka mendapat hak merayakannya. Hari Idul Fitri juga diatur sebagai
hari libur nasional. Ini tertuang dalam Republic Act No 9177.
Di Asia Selatan, seperti Bangladesh, India, dan Pakistan, dikenal
istilah “Chand Raat”. Tradisi ini disebut juga malam bulan. Warga Muslim
di negara-negara itu berbondongbondong mengunjungi pusat perbelanjaan.
Bagi perempuan belia, mereka menghiasi tangan mereka dengan hena,
lukisan tangan berbahan tradisional. Kebiasaan berkunjung ke sanak
famili dan berbagi uang juga dikenal di daerah-daerah ini. Sejumlah
event juga digelar khusus menyambut Idul Fitri, mulai dari pesta hingga
bazar murah.
Kemeriahan menyambut Idul Fitri juga bisa dilihat di Xinjiang, Cina.
Masyarakat Muslim di kawasan itu, menyambut hari raya dengan mengenakan
pakaian khas. Bagi pria, mereka memakai jas khas dengan peci putih.
Sedangkan, di pihak perempuan, mereka menggunakan baju hangat dan
kerudung setengah tutup. Saling bersilaturahim dan menghadiri pesta juga
dilakukan warga Muslim Xinjiang.
Keunikan juga terlihat di Turki. Masyarakat Muslim negara kelahiran
tokoh sufi ternama Jalaluddin Rumi itu mengenal Bayram, istilah lain
untuk Idul Fitri. Pakaian tradisional masyarakat negara ini banyak
dipakai saat Lebaran. Mereka sengaja memilih yang terbaik. Busana ini
dikenal dengan Bayramlik. Tradisi saling mengunjungi antar saudara dan
handai tolan termasuk tradisi yang digemari Muslim yang pernah dipimpin
oleh Mustafa Kemal At Taturk ini. Subhanallah sungguh Indah Tradisi Islam ketika Menyambut Hari Kemenangan yaitu Idul Fitri 1433 H/2012 M, (Penulis : Muamar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar